Jepang: Kisah penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki - 'Neraka itu tak boleh terulang' - BBC News Indonesia (2024)

Jepang: Kisah penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki - 'Neraka itu tak boleh terulang' - BBC News Indonesia (1)

Sumber gambar, Getty Images

Informasi artikel
  • Penulis, Lucy Wallis
  • Peranan, BBC News

Banyak hibakusha sebutan bagi penyintas bom atom mengalami masalah kesehatan yang mendera kehidupan mereka. Mereka kehilangan orang-orang tercinta dan merasakan diskriminasi akibat serangan bom atom.

Dunia Chieko Kiriake berubah drastis pada usia yang masih teramat belia.

Pada tanggal 6 Agustus, Chieko remaja bergegas mencari tempat berteduh karena teriknya matahari. Hari masih pagi – tepatnya pukul 08:15 – tetapi cuaca sudah begitu panas.

Chieko tengah menyeka keringat tatkala sebuah cahaya menyilaukan tiba-tiba menyambar – sesuatu yang tidak pernah disaksikan gadis berumur 15 tahun itu.

“Seolah-olah matahari roboh, kepala ini kemudian terasa pening,” kenangnya.

Amerika Serikat baru saja menjatuhkan bom atom di kota kelahiran Chieko, Hiroshima, dalam Perang Dunia Kedua. Ini adalah yang pertama kalinya senjata nuklir digunakan dalam peperangan.

Jerman sudah menyatakan menyerah di Eropa. Namun, pasukan Sekutu masih berperang melawan Jepang.

Lewati Podcast dan lanjutkan membaca

Investigasi: Skandal Adopsi

Investigasi untuk menyibak tabir adopsi ilegal dari Indonesia ke Belanda di masa lalu

Episode

Akhir dari Podcast

Peringatan: Artikel ini memuat konten grafis yang mungkin mengganggu kenyamanan Anda.

Chieko adalah seorang pelajar. Akan tetapi, seperti kebanyakan siswa-siswi yang dianggap cukup umur, dia mesti bekerja di pabrik selama masa perang.

Setelah bom jatuh, Chieko berjalan sempoyongan ke gedung sekolahnya untuk mencari perlindungan. Dia memapah salah satu temannya.

Banyak pelajar mengalami luka bakar yang parah. Chieko mengoleskan minyak bekas yang ditemukannya di salah satu ruang kelas untuk mengobati luka.

“Itu satu-satunya perawatan yang bisa kami berikan. Mereka meninggal satu demi satu,” ujar Chieko.

“Kami, siswa yang lebih tua yang selamat, diperintahkan para guru untuk menggali lubang di lapangan bermain. Saya mengkremasi teman-teman sekelas saya dengan tangan saya sendiri. Saya sungguh kasihan dengan [nasib] mereka.”

Chieko sekarang berusia 94 tahun. Delapan puluh tahun berlalu sudah sem*njak bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Bagi para korban yang selamat – dikenal sebagai hibakusha di Jepang – waktu yang tersisa untuk menceritakan kisah mereka kian menipis.

Jepang: Kisah penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki - 'Neraka itu tak boleh terulang' - BBC News Indonesia (2)

Sumber gambar, BBC/Minnow Films/Chieko Kiriake

Banyak hibakusha mengalami masalah kesehatan yang mendera kehidupan mereka. Mereka kehilangan orang-orang tercinta dan merasakan diskriminasi akibat serangan atom.

Sekarang, mereka berbagi kisah dalam film BBC Two, sebuah dokumenter tentang masa silam supaya menjadi peringatan bagi masa depan.

Chieko menyaksikan bagaimana kehidupan kembali hadir ke kotanya setelah masa-masa suram.

“Orang-orang bilang rumput tidak akan tumbuh selama 75 tahun,” tutur Chieko, “tetapi pada musim semi tahun berikutnya, burung-burung pipit bermunculan.”

Chieko mengaku telah mengalami beberapa kali momen dekat dengan kematian sepanjang hidupnya. Dia percaya sebuah kekuatan di luar sana telah melindunginya.

Baca juga:
  • 75 Tahun Bom Hiroshima dan Nagasaki dalam rangkaian foto

  • Oppenheimer dan Einstein: 'Hubungan rumit' bapak bom atom dan penemu teori relativitas

  • Kokura, kisah kota di Jepang yang luput dari 'kiamat' bom atom

Mayoritas hibakusha yang hidup saat ini masih anak-anak pada saat pemboman. Seiring bertambahnya umur hibakusha – yang secara harfiah berarti “orang yang terkena bom” – konflik global semakin intensif.

Bagi mereka, ini berarti risiko eskalasi nuklir terasa lebih nyata dibandingkan sebelumnya.

“Tubuh saya gemetar dan air mata mengalir,” ucap Michiko Kodama, 86 tahun, saat merenungkan konflik-konflik di seluruh dunia saat ini – seperti invasi Rusia ke Ukraina dan perang Israel-Gaza.

“Kita tidak boleh membiarkan neraka pemboman atom terulang kembali. Saya merasakan ada suatu krisis.”

Michiko adalah seorang pegiat yang aktif menyuarakan pelucutan senjata nuklir.

Dia mengambil keputusan ini untuk mewakili suara dari mereka yang telah meregang nyawa – sekaligus meneruskan kesaksian-kesaksian ini ke generasi berikutnya.

“Saya rasa penting untuk mendengar kisah hibakusha yang mengalami pemboman langsung dari mereka,” imbuhnya.

Jepang: Kisah penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki - 'Neraka itu tak boleh terulang' - BBC News Indonesia (3)

Sumber gambar, BBC/Minnow Films

Michiko sedang berada di sekolah – umurnya waktu itu baru 7 tahun – saat bom dijatuhkan di Hiroshima.

“Cahaya terang yang sangat kuat melaju ke arah kami melalui jendela kelas saya. Warnanya kuning, oranye, perak.”

Dia bercerita bagaimana jendela-jendela pecah dan berserakan di seluruh kelas – puing-puing menyebar ke mana-mana “menusuk dinding, meja, kursi”.

“Bagian langit-langit pun roboh. Saya bersembunyi di bawah meja supaya tidak terkena pecahan.”

Setelah ledakan terjadi, Michiko memandangi sekeliling ruangan yang luluh lantak. Di semua arah, dia bisa melihat tangan dan kaki yang terjebak.

“Saya merangkak dari kelas ke koridor. Teman-teman saya semuanya meminta tolong.”

Ayah Michiko menjemput putrinya pulang dengan menggendongnya di punggung.

Michiko kemudian melihat hujan hitam “seperti lumpur” turun dari langit. Hujan hitam itu merupakan campuran dari bahan radioaktif dan sisa-sisa ledakan.

Jepang: Kisah penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki - 'Neraka itu tak boleh terulang' - BBC News Indonesia (4)

Sumber gambar, BBC/Minnow Films/Michiko Kodama

Bagi Michiko, perjalanan pulang pulang ke rumah senantiasa membekas dalam ingatannya.

“Pemandangan dari neraka,” kata Michiko.

“Orang-orang melarikan diri ke arah kami, sebagian besar pakaian mereka terbakar habis dan daging mereka meleleh.”

Michiko mengenang seorang anak perempuan yang sebaya dengannya berjalan seorang diri. Dia tidak akan pernah melupakan kondisi tubuhnya yang terbakar parah.

“Tetapi matanya terbuka lebar,” ujar Michiko.

“Mata anak perempuan itu seolah menembus jiwa saya. Saya tidak bisa melupakannya. Meskipun 78 tahun telah berlalu, [bayangan] anak itu terpatri dalam pikiran dan jiwa ini.”

Michiko tidak akan selamat apabila keluarganya masih tinggal di rumah lama mereka yang jaraknya hanya 350 meter dari titik ledakan.

Sekitar 20 hari sebelum insiden bom, keluarganya pindah rumah. Walau cuma pindah beberapa kilometer jauhnya – tetapi itu menyelamatkan hidup Michiko.

Baca juga:
  • 'Bapak Bom Nuklir Pakistan' wafat, jadi pahlawan di negaranya tapi dianggap CIA 'sama berbahayanya dengan Osama bin Laden'

  • Kenangan seorang perempuan tentang bom Hiroshima, 'Semua orang mengira saya akan mati, tetapi secara ajaib, saya selamat'

  • Akankah invasi Rusia ke Ukraina dorong Jepang kuasai senjata nuklir?

Pada akhir tahun 1945, jumlah korban jiwa di Hiroshima diperkirakan mencapai sekitar 140.000 orang.

sem*ntara di Nagasaki, yang dibom oleh AS tiga hari setelah Hiroshima, setidaknya 74.000 orang tewas.

Rumah Sueichi Kido hanya berjarak 2 kilometer dari pusat ledakan Nagasaki.

Usianya waktu lima tahun dan Suechi menderita luka bakar di sebagian wajahnya. Ibu Sueichi, yang mengalami luka yang lebih parah, melindungi putranya dari dampak ledakan.

“Kami, hibakusha, tidak pernah putus asa atas misi kami untuk mencegah terciptanya lebih banyak hibakusha,” ucap Sueichi yang kini berusia 83 tahun.

Sueichi baru-baru ini terbang ke New York untuk berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam rangka memperingatkan bahaya senjata nuklir.

Dampak ledakan di Nagasaki begitu dahsyatnya sampai-sampai Sueichi jatuh pingsan. Hal pertama yang diingatnya ketika siuman adalah sebuah kaleng minyak berwarna merah. Selama bertahun-tahun, Sueichi mengira kaleng itulah yang menyebabkan ledakan dan kehancuran di sekitarnya.

Orang tua Sueichi tidak pernah mengoreksinya – mereka memilih untuk melindungi Sueichi dari kenyataan bahwa yang terjadi adalah serangan nuklir.

Setiap kali Sueichi menyebutkan kaleng minyak merah itu, tangis orang tuanya pecah.

Jepang: Kisah penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki - 'Neraka itu tak boleh terulang' - BBC News Indonesia (5)

Sumber gambar, BBC/Minnow Films

Tidak semua luka yang diakibatkan bom atom langsung terlihat secara kasat mata. Dalam kurun waktu beberapa minggu dan bulan setelah ledakan, banyak orang di kedua kota mulai menunjukkan gejala keracunan radiasi.

Jumlah penderita leukemia dan kanker pun mengalami peningkatan.

Selama bertahun-tahun, para penyintas mengalami diskriminasi dari masyarakat – terutama dalam mencari pasangan hidup.

“‘Kami tidak mau darah hibakusha masuk ke garis keluarga’, orang-orang bilang begitu ke saya,” ujar Michiko.

Michiko akhirnya menemukan pasangan – mereka menikah dan dikaruniai dua orang anak.

Dia kehilangan ibu, ayah, dan saudara-saudaranya karena kanker. Putrinya meninggal akibat penyakit itu pada tahun 2011.

“Saya merasa kesepian, marah, dan takut. Saya berpikir jangan-jangan berikutnya giliran saya,” ucapnya.

Jepang: Kisah penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki - 'Neraka itu tak boleh terulang' - BBC News Indonesia (6)

Sumber gambar, BBC/Minnow Films/Kiyomi Iguro

Korban bom lainnya, Kiyomi Iguro, berusia 19 tahun ketika bom menghantam Nagasaki. Dia menikah dengan seseorang yang masih kerabat jauhnya.

Kiyomi kemudian mengalami keguguran – sesuatu yang oleh ibu mertuanya dikait-kaitkankan dengan bom atom.

“‘Masa depanmu menakutkan.’ Itu yang dia katakan kepada saya.”

Kiyomi didesak untuk tidak memberi tahu tetangganya bahwa dia seorang penyintas bom atom.

Kiyomi meninggal dunia setelah diwawancarai untuk film dokumenter ini.

Sampai usianya yang ke-98 tahun, Kiyomi mengunjungi Taman Perdamaian di Nagasaki dan membunyikan lonceng pada pukul 11:02 – saat bom menghantam kota – untuk memanjatkan doa demi perdamaian.

Jepang: Kisah penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki - 'Neraka itu tak boleh terulang' - BBC News Indonesia (7)

Sumber gambar, BBC/Minnow Films

Sueichi menjadi dosen di sebuah universitas dengan spesialisasi sejarah Jepang. Dia mengaku menjadi seorang hibakusha membuat identitasnya seolah berada di bawah bayang-bayang.

Sueichi kemudian menyadari bahwa dia bukanlah orang biasa. Dia merasa berkewajiban untuk angkat bicara guna menyelamatkan umat manusia.

“Perasaan bahwa saya adalah orang yang istimewa muncul di dalam diri saya," akunya.

Itulah sesuatu yang dirasakan oleh semua hibakusha – tekad abadi untuk memastikan masa lalu tidak pernah terulang lagi.

Atomic People (Orang-Orang Atom) akan disiarkan pada Rabu (31/07) di BBC Two dan BBC iPlayer.

Jika Anda terdampak atas isu apa pun yang diangkat dalam cerita ini, dukungan dan saran tersedia melalui BBC Action Line.

Jepang: Kisah penyintas bom atom di Hiroshima dan Nagasaki - 'Neraka itu tak boleh terulang' - BBC News Indonesia (2024)

References

Top Articles
Toyotas Cars For Sale - East Freehold, NJ
Schönwalde-Glien - Aktuelle Nachrichten und Kommentare - MAZ
Kathleen Hixson Leaked
Http://N14.Ultipro.com
Access-A-Ride – ACCESS NYC
30 Insanely Useful Websites You Probably Don't Know About
Hawkeye 2021 123Movies
When is streaming illegal? What you need to know about pirated content
Pitt Authorized User
Www.megaredrewards.com
Derpixon Kemono
Grand Park Baseball Tournaments
Transformers Movie Wiki
Caresha Please Discount Code
Socket Exception Dunkin
Truck Trader Pennsylvania
The Cure Average Setlist
Craiglist Kpr
Dumb Money, la recensione: Paul Dano e quel film biografico sul caso GameStop
Csi Tv Series Wiki
Amih Stocktwits
Kringloopwinkel Second Sale Roosendaal - Leemstraat 4e
Kirk Franklin Mother Debra Jones Age
No Limit Telegram Channel
Kqelwaob
Page 2383 – Christianity Today
Elanco Rebates.com 2022
91 Octane Gas Prices Near Me
Nurtsug
Bi State Schedule
3473372961
Dentist That Accept Horizon Nj Health
60 Second Burger Run Unblocked
Craigslist Maryland Baltimore
Shaman's Path Puzzle
11 Pm Pst
Google Chrome-webbrowser
Craigslist Tulsa Ok Farm And Garden
2700 Yen To Usd
Busted Newspaper Mcpherson Kansas
Divinity: Original Sin II - How to Use the Conjurer Class
How I Passed the AZ-900 Microsoft Azure Fundamentals Exam
Reilly Auto Parts Store Hours
Florida Lottery Powerball Double Play
Rescare Training Online
3500 Orchard Place
The Sports Academy - 101 Glenwest Drive, Glen Carbon, Illinois 62034 - Guide
Diario Las Americas Rentas Hialeah
Slug Menace Rs3
Fresno Craglist
Besoldungstabellen | Niedersächsisches Landesamt für Bezüge und Versorgung (NLBV)
Emmi-Sellers
Latest Posts
Article information

Author: Sen. Emmett Berge

Last Updated:

Views: 5996

Rating: 5 / 5 (80 voted)

Reviews: 87% of readers found this page helpful

Author information

Name: Sen. Emmett Berge

Birthday: 1993-06-17

Address: 787 Elvis Divide, Port Brice, OH 24507-6802

Phone: +9779049645255

Job: Senior Healthcare Specialist

Hobby: Cycling, Model building, Kitesurfing, Origami, Lapidary, Dance, Basketball

Introduction: My name is Sen. Emmett Berge, I am a funny, vast, charming, courageous, enthusiastic, jolly, famous person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.